Ada kata-kata bagus bahwa “Menjadi Tua itu pasti, Menjadi bijaksana itu pilihan”. Waduh, itu saja sudah intimidating rasanya, ya. Berarti ada kemungkinan diri kita bisa menjadi tua tanpa menjadi bijaksana. Sulitnya lagi, ukuran bijaksana juga tidak seragam, sepertinya. Tapi nanti dulu, kita akan diskusikan juga hal ini. Kita diskusikan dulu hal lain lagi yang mungkin lebih intimidating.
Ada kata-kata bahwa ”Orang tidak tumbuh menjadi tua. Justru yang berhenti tumbuhlah yang menjadi tua dan merasa tua”. Jadi teringat diskusi kita tentang ”Menjadi Pohon” ya. Tumbuh adalah menjadi lebih bijak, lebih sabar, terus belajar, tidak takut bekerja sedikit lebih keras. Astaga!!!
Bekerja sedikit lebih keras? Saya kan sudah berumur ... Benar, Anda benar sekali!!! Sangat mungkin Anda memang lebih tua. Jadi mari kita lihat laporan dari London Marathon tahun 2002. Tanggal 14 April 2002 seorang perempuan berumur 90 tahun bernama Jenny Wood-Allen menyelesaikan lomba marathonnya. Beliau mengikuti lomba lebih dari 30 kali dan saat itu dia menyelesaikan lomba dalam 11 jam 34 menit.
Nah? Anda berlari seberapa jam untuk jarak 42 km? Atau Anda berlari sejauh apa dalam 11 jam? Saya tahu benar bahwa ini sangat mengintimidasi Anda (dan saya) yang memang tidak terlalu suka melakukan kegiatan fisik. Tetapi apa boleh buat. Itu sejarah. Itu fakta. Sehingga tidak dapat kita ubah.
Karena itu maka mau tidak mau kita memang tidak dapat menghindar sedikitpun dari kondisi-kondisi bertumbuh. Bertumbuh adalah terus melakukan yang sudah kita lakukan sejak dulu. Bahkan melakukan hal-hal yang belum kita lakukan sebelumnya.
Lho, kok jadi repot amat ya?
Karena itu tadi saya ajak Anda untuk mengikuti kembali diskusi terdahulu dengan judul Menjadi Pohon. Mari kita lihat tumbuhnya sebuah pohon. Pohon bertumbuh berarti dia terus mengambil saripati makanan dari dalam tanah, setiap hari, setiap minggu, sepanjang tahun. Tanpa henti.
Pohon menyerap terus menerus saripati makanan tersebut dengan menggunakan akarnya. Tidak pernah akar tersebut berhenti dari tugasnya menyerap saripati makanan. Maka itu yang saya maksud terus melakukan semua hal yang telah kita lakukan sejak dulu.
Lalu, mari kita ingat bagaimana pohon tumbuh. Pertama akan ada tunas. Itu artinya akar yang kecil dengan cabang yang juga kecil begitu pula dengan daun pada pohon tersebut.
Batang kecil tersebut berubah menjadi lebih besar, begitu pula dengan cabang tadi. Dari cabang yang membesar itu sekarang muncul pula yang namanya ranting. Tadinya batang pohon hanya memberi makanan kepada cabang yang kemudian diteruskan sebagian kepada daun. Sekarang terjadi kegiatan baru. Dari batang ke cabang, kemudian ke ranting baru berakhir di daun.
Perubahan terus terjadi. Sekarang pohon mulai menumbuhkan buah. Itu berarti arus transportasi makanan berubah. Sehingga pohon melakukan transportasi makanan yang baru, yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. Kini transportasi dari ranting yang hanya ke daun, menjadi dua arah termasuk ke buah.
Nah, sekarang karena Anda sudah mulai belajar dari pohon, maka lakukanlah semua yang pernah Anda lakukan. Dulu ketika Anda belum bisa membaca, begitu bersemangat bila melihat sesuatu yang sepertinya seperti huruf. Semua dilihat, semua ingin dibaca. Sangat bersemangat.
Begitu pula saat Anda sudah mampu membaca. Mulai muncul pengetahuan baru yang menurut Anda hal yang menarik. Matematika, Sains, Sejarah, Ekonomi dan banyak hal lain. Anda jadi semakin bersemangat untuk terus menerus membaca. Tidak henti-henti Anda penuhi rasa haus akan hal-hal baru tersebut.
Sekarang Anda sudah berusia lebih dari 18 tahun. Anda sudah belajar semua hal sejak SD, SMP hingga SMA. Tetapi benarkah Anda sudah tahu semua hal? Benarkah Anda sudah tidak perlu lagi membaca apapun?
Anda dulu belajar bersikap dari orangtua Anda. Kemudian sikap-sikap yang baik Anda pelajari juga dari guru-guru di sekolah Anda. Sikap yang terhormat juga Anda pelajari dari guru-guru keagamaan. Tetapi apakah itu berarti Anda akan berhenti untuk belajar memperbaiki sikap Anda ketika semua itu sudah didapatkan?
Ingatkah Anda bahwa untuk mengemudikan sebuah pesawat jet, setiap pilot harus memiliki jam terbang. Kemudian jam terbang itu menjadi dasar bagi sang pilot untuk dapat belajar mengemudikan pesawat yang lebih handal. Secara bertingkat, setiap pilot akan terus dituntut jam terbang lagi untuk dapat belajar mengemudikan pesawat yang lebih baik dengan teknis pengemudian yang lebih rumit lagi.
Maka, seorang pilot, bahwa untuk punya kesempatan belajar saja, harus berlatih lebih banyak dan lebih banyak lagi. Setelah belajar mengemudikan pesawat dengan tingkat kerumitan tertentu, mereka juga harus menambah pembiasaan mengemudi. Kemudian akan ada pesawat baru dengan teknis mengemudi yang lebih rumit lagi.
Jadi setiap orang perlu terus bertumbuh. Perlu terus belajar. Terus melakukan semua yang telah dilakukan. Masih ditambah lagi, terus melakukan semua hal baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
Tetapi mengapa itu yang menandakan bahwa kita masih hidup? Mari kita kembali ke pohon. Apa yang menandakan sebuah pohon sudah menjadi tua? Tidak ada lagi daun yang baru, sementara yang lama berguguran. Itu berarti tanda dia menjadi tua.
Tidak ada lagi buah yang tumbuh, sedangkan yang lama jatuh karena busuk itu tanda pohon menjadi tua. Ranting-ranting pun mulai berceceran di sekitar batang pohon, dan tidak ada ranting baru yang tumbuh. Kemudian bahkan benalu atau rumput yang ada di sekitar pohon sudah tidak lagi ada di sana.
Lalu perlahan-lahan pohon tidak lagi menjulurkan akarnya semakin panjang untuk mencari dan mendapatkan sumber makanan. Dia diam tidak lagi melakukan apapun yang selama ini dilakukan, apalagi melakukan hal baru yang belum pernah dilakukan.
Pohon kemudian menjadi tua dan mati!!!
Itulah yang terjadi pada pohon, dan pada semua makhluk ciptaan Tuhan. Ketika menjadi tua dan akan mati, maka dia tidak lagi melakukan hal-hal yang biasa dia lakukan. Tentu dia tidak lagi melakukan hal-hal baru yang diperlukan untuk mengisi kehidupannya. Menjadi tua dan mati.
Itu pula yang dihindari oleh Jenny Wood-Allen. Bahkan ketika beliau sudah berusia 90 tahun, tidak bersedia beliau kehilangan semua aktivitas fisik yang selama lebih dari 50 tahun sudah dia lakukan. Dia terus melakukan walaupun cahaya matahari sudah mulai menghilang saat dia hampir menyelesaikan lomba marathonnya.
Orang boleh mencapai finish duluan. Tetapi itu lomba mereka. Mereka butuh tiba duluan untuk membuktikan bahwa mereka adalah yang tercepat di antara semua peserta lomba marathon. Maka mereka berlari dengan kecepatan dan kekuatan muda mereka agar finish paling depan.
Jenny memiliki lomba marathonnya sendiri. Dia ingin membuktikan pada dirinya, pada teman-temannya, pada keluarganya dan mungkin pada Anda dan saya. Bahwa setiap kali sesuatu sudah dimulai, selesaikanlah! Berhenti di tengah jalan adalah kebiasaan para pecundang. Anda perlu menjadi yang paling dulu tiba di garis finish, bila kecepatan adalah sesuatu yang ingin Anda buktikan. Tetapi Anda harus tiba di garis finish agar tidak menjadi pecundang!
Pernah baca buku-bukunya Kiyosaki, kan? Bukankah beliau menyarankan untuk mulai belajar olahraga seperti golf. Atau paling tidak jalan sehat, ini modifikasi saya. Karena olahraga yang perlu Anda lakukan adalah olahraga yang bisa terus Anda lakukan ketika usia sudah menjadi batasan untuk berolahraga. Anda mungkin bisa bermain bola basket hingga usia 60 tahun. Tetapi otot-otot Anda, persendian Anda sudah mulai kaku ketika Anda berusia 70 tahun.
Jadi kita perlu terus melakukan semua yang kita kerjakan, hingga selesai? Tepat! Kita juga perlu terus melakukannya hingga kita tidak bisa melakukan? Itu juga, tepat! Selain itu kita juga harus terus belajar untuk terus meningkatkan kemampuan kita dalam mengerjakannya? Sangat tepat!
Waduh, kalau semua sepintar Anda, tidak akan ada yang pernah menjadi tua, ya...
Medan – Mei 2009
No comments:
Post a Comment