Friday, December 13, 2013

Alur Kerja Penerbit Buku Digital

Beberapa hal akan berubah ketika para penerbit ingin melangkah ke bisnis buku digital. Sebentar dulu, saya tidak ingin mendiskusikan bahwa setiap penerbit harus beralih ke digital dan meninggalkan buku kertas. Diskusi ini lebih ditujukan bagi penerbit yang merasa sudah mulai perlu masuk ke bisnis buku digital sebagai complimentary bagi bisnisnya sekarang.

Semakin banyak saluran penjualan semakin baik bagi masa depan bisnis penerbit. Karena itu, untuk saat ini, penerbit sudah mulai perlu berpikir masuk bisnis buku digital, sebagai tambahan saluran penjualan bagi bisnis buku.

Para penerbit yang mempekerjakan editor sebenarnya tanpa harus melangkah ke bisnis buku digital perlu mempertimbangkan untuk melatih para editor melakukan pengeditan tidak menggunakan kertas. Karena pengeditan menggunakan kertas akan memboroskan biaya. Sehingga lebih hemat untuk langsung di layar komputer, karena toh tetap saja nanti para editor tersebut menyalin hasil editingnya di kertas ke dalam format komputer.

Perlu pelatihan ulang, terutama dalam hal pembiasaan untuk melakukan hal tersebut. Ini bagian yang lebih sulit daripada pelatihan untuk mengerjakan pengeditan di komputer. Factor kebiasaan akan menjadi penghalang pada kecepatan kerja dan penghematan biaya.

Ada beberapa cara yang bisa ditempuh seperti membentuk tim internal yang menyebarluaskan kebiasaan dan pembiasaan mengerjakan proses editing di komputer. Dalam hal ini, penerbit bisa saja menggunakan jasa pihak lain dalam menyebarluaskan kebiasaan dan pembiasaan mengerjakan proses editing di komputer. Karena, bila penerbit telah mempekerjakan banyak editor, maka tidak mungkin proses percepatan kerja dan penghematan sumber daya diserahkan ke pihak lain yang menyediakan jasa editing.

Dalam proses penyebarluasan kebiasaan dan pembiasaan, penerbit juga perlu menyiapkan petunjuk-petunjuk kerja bagi editor-editornya. Petunjuk itu dapat berupa video, teks maupun gambar. Bila penerbit sudah siap untuk masuk ke bisnis digital, maka petunjuk kerja tersebut juga diperlukan bagi tim layout untuk menyiapkan file-file menjadi berformat buku digital seperti EPUB3 ataupun format lain. Sekedar mengingatkan, format PDF biasanya digunakan untuk proses percetakan, bukan format buku digital.

Ada banyak sekali tutorial penyiapan file ke dalam format EPUB atau EPUB3, bahkan informasinya bahwa IDPF (International Digital Publishing Forum), sebuah konsorsium internasional para penerbit buku digital, telah menyiapkan widget yang open source yang bisa dimanfaatkan semua penerbit se-dunia.

Pimpinan editor, di masa depan akan memegang peranan yang sangat penting, karena dialah yang memiliki pengetahuan sangat mendalam tentang publikasi (dan semantik yang digunakan di dalamnya) dan pasar (apa yang pembaca butuhkan dan inginkan). Seorang pimpinan editor akan membantu pengembangan produk digital secara optimal.

Tim desain digital juga menjadi penting. Tadi kita menyebutnya sebagai tim layout, sebenarnya lebih luas dari hal tersebut. Tim layout para penerbit bisa diperluas peranannya (dengan pembayaran yang juga disesuaikan?) untuk menyiapkan layout yang akan digunakan dalam buku-buku digital yang akan diterbitkan. Buku kertas menambahkan cd untuk konten-konten video sebagai pendukung, tetapi buku digital dapat memasukkan video-video pendukung tersebut di antara halaman-halaman buku digital.

Seringkali, untuk menghemat biaya pencetakan, foto-foto disiapkan dalam grayscale, hal yang tidak perlu dilakukan pada penyiapan buku digital. Karena buku buku digital dapat dibaca melalui berbagai gadget termasuk smartphone berukuran 3,5 inchi maka tim layout juga perlu mempertimbangkan tampilan text overflow yang disediakan oleh EPUB di layar kecil tersebut.

Nah, ini perbedaan paling besar antara PDF dan EPUB. Pada PDF bila huruf terlalu kecil, akan di zoom in hingga terbaca, tetapi lebar satu baris kumpulan kata, akan melampaui lebar layar, sehingga untuk membaca sebaris potongan kalimat harus digeser ke kanan, dan menggeser lagi ke kiri untuk membaca baris berikutnya. Pada format EPUB, pengguna cukup melakukan text resizing, sehingga seluruh huruf akan membesar sesuai kemampuan mata pembaca. Dampaknya, satu baris berisi 15 kata, akan berkurang menjadi sekitar 5 hingga 10 kata saja. Tetapi tidak perlu menggeser ke kanan dan ke kiri untuk membaca.

Inilah yang perlu dipertimbangkan oleh tim desain digital atau tim layout. Karena itu bila tetap menggunakan tim layout yang ada, maka perlu diberikan pelatihan atau diberikan waktu untuk melakukan pembiasaan dalam bekerja bagi desain digital.

Nah, para penerbit bisa mulai memperbandingkan perubahan yang perlu dilakukan dengan perluasan sumber-sumber penjualan dengan menambahkan buku digital sebagai complimentary bagi bisnisnya. Selain itu, bisnis buku digital di Indonesia juga belum terlalu banyak, sehingga masih bisa dikatakan sebagai blue ocean, bagi penerbit kelas menengah bisa menjadi alternatif dari kompetisi yang sudah sangat ketat di bisnis buku kertas. Lalu apa lagi yang ditunggu?

No comments: