Billboard, spanduk, leaflet, brosur dan banyak media lain untuk periklanan pasti sudah lama Anda lihat. Anda juga saya yakin sudah melihat iklan yang ditempelkan di lantai mall, bahkan Anda pernah lihat ilkan yang disablonkan di pegangan eskalator.
Pernah naik Air Asia? Beberapa pesawat mereka ditempeli iklan Sunsilk di tempat bagasi di atas kepala serta di sandaran kepala. Sehingga ketika Anda duduk di dalam kabin pesawat maka Anda akan menikmati gambar perempuan cantik dengan rambut yang aduhai. Bukan hanya itu, Anda juga akan mendapatkan satu botol kecil shampoo.
Setiap perusahaan periklanan terus mencari cara mengiklankan produk dan perusahaan client mereka seagresif, seatraktif dan seinovatif mungkin. Segala cara, segala media digunakan agar produk dan perusahaan client dapat dikenal secara meluas.
Seringkali ketika berjalan-jalan di mal Anda dikagetkan oleh tempelan gambar di lantai mal yang akan Anda jalani. Ternyata itu adalah iklan sebuah produk atau suatu perusahaan produsen barang-barang konsumsi. Bahkan beberapa mal menggunakan lantai yang berongga dan diberi lampu dan ditutupi dengan kaca tebal agar iklan bisa diganti-ganti dengan mudah.
Pernah baca tulisan saya berjudul “Siapa yang Diuntungkan”? Ketika itu saya mempertanyakan siapa sebenarnya yang diuntungkan konsumen, produsen, biro iklan atau pemilik media tempat iklan ditayangkan. Memang jelas terlihat bahwa yang teruntungkan adalah biro iklan karena merekalah yang melakukan segala cara untuk mengiklankan produk dan dengan begitu semakin banyak produsen yang menggunakan jasa mereka untuk beriklan.
Pernah lihat portal seperti detik.com, kompas.com atau Friendster? Atau beberapa blog seperti yang dibuat oleh Ellen Simonetti? Semua itu ditempeli oleh banyak iklan dari berbagai macam perusahaan produsen barang konsumsi atau bahkan langsung iklan produk tersebut.
Pernah main beberapa game di komputer? Terutama game petualangan, baik yang perang-perangan maupun berkisah tentang kehidupan seperti SIMs? Atau game strategi yang menampilkan banyak gedung atau lokasi tempat hiburan dan lain-lain? Anda perhatikan bahwa di beberapa tempat di tayangan game tersebut ada iklan pula.
Benarkah iklan sudah sebegitu panik sehingga semua media untuk beriklan sudah dimanfaatkan?
Sepertinya memang demikian, karena mau tidak mau sebuah perusahaan didirikan untuk multiplying wealth. Ada banyak pihak terlibat dalam sebuah perusahaan, menurut konsep manajemen dan akuntansi, ada pemilik usaha, pegawai dan pemberi hutang. Semua berharap mendapat pelipatgandaan kemakmuran dengan melibatkan diri pada perusahaan. Ketika itulah perusahaan harus terus mencari sumber penghasilan agar tujuan multiplying wealth dapat tercapai dengan baik.
Kemudian muncullah kondisi di mana banyak orang tertarik untuk berbisnis periklanan. Kemudian muncullah banyak perusahaan di bidang periklanan dan kemudian terjadilah kompetisi dalam bisnis periklanan. Sementara setiap perusahaan masing-masing berusaha untuk multiplying wealth. Itu berarti kompetisi menjadi semakin keras (sudah baca tulisan saya “Mata ke Depan”?).
Apa mau dikata, semua orang punya kebutuhan, semua orang ingin makmur, sementara sumber daya atau media untuk beriklan tetap seperti itu, sehingga kepanikan muncul. Untung saja kepanikan tersebut justru menjepit seluruh insan periklanan untuk menjadi kreatif. Bila tidak maka semua game seperti Silent Hill, Resident Evil dan banyak lainnya jadi sangat sepi tanpa hiasan seperti yang dalam kehidupan nyata sering kita lihat di jalanan. Tanpa kepanikan, maka situs-situs berita seperti detik.com akan terasa kering, situs persahabatan akan terasa kurang bumbu.
Jadi siapa bilang kepanikan tidak bermanfaat?
ardian.syam@gmail.com – Medan – Desember 2006
No comments:
Post a Comment