Waduh, ngerepotin banget judulnya. Kan sekarang justru banyak produk untuk menahan proses penuaan atau anti aging. Kok masih ada yang mendorong untuk menjadi tua? Benar, memang ada orang atau perusahaan yang tanpa sengaja mendorong produknya menjadi mature dan decline.
Oh, ini tentang product life cycle tho? Bukan tentang wajah?
Bukan, jelas tentang product life cycle dan seringkali orang menjerumuskan diri sendiri karena tidak peduli dengan konsep PLC ini. Konsep ini memang sudah sangat usang tetapi masih bisa dipergunakan sebagai acuan.
Rasanya kita sama-sama ingat bahwa ada tahap kelahir, pertumbuhan, matang / mature, dan kemudian decline. Nah masing-masing tahap akan berbeda durasinya untuk setiap produk atau jasa.
Tapi kan pelanggan yang membuat produk atau jasa terdorong ke tiap tahap?
Tidak juga ternyata. Benar bahwa ketika kebutuhan pelanggan terhadap barang atau jasa yang kita sediakan menjadi berubah maka menjadi berubah pula tahapan produk kita dalam PLC.
Nah, kebutuhan sangat tergantung pada ketersediaan dan kemudahan untuk mendapatkan. Artinya ketika sebuah produk atau jasa tersedia sangat banyak di pasar dan dijual siapa saja, maka akan menjadi mudah untuk didapatkan. Belum lagi bila karena banyak penjual, maka terjadi perang harga, sehingga barang atau jasa tersebut bukan hanya tersedia dalam jumlah banyak dan mudah didapat, tetapi sekaligus juga dapat diperoleh dengan mengeluarkan sedikit uang saja, maka persepsi pasar akan berubah.
Bagaimana bisa berubah?
Tentu saja berubah. Ketika barang atau jasa tersebut susah didapat karena stoknya tidak banyak dan harganya mahal, maka akan menjadi kebanggaan bagi banyak orang bila diketahui sedang mengkonsumsi barang atau jasa tersebut. Kebutuhan yang dipuaskan bukan hanya kebutuhan secara fisikal, tetapi kebutuhan secara mental karena prestise mereka menjadi naik.
Nah, bagaimana ketika barang atau jasa menjadi komoditas saking banyaknya? Belum lagi bila akibat perang harga, maka nilai pasar barang atau jasa menjadi sangat murah?
Padahal barang atau jasa yang dipasarkan sekarang sangat tergantung pada persepsi pelanggan, pembeli dan calon pembeli. Nah, ketika barang atau jasa sudah menjadi sangat rendah nilainya, maka hilanglah peluang dari orang-orang yang mengharapkan mendapat peningkatan prestise karena membeli barang atau jasa dari Anda.
Sehingga strategi untuk membuat barang atau jasa semakin banyak tersedia dan semakin mudah didapat, juga bukan strategi yang sangat baik. Karena itu akan mendorong life cycle menjadi semakin cepat.
Jadi perang harga bisa mendorong barang atau jasa cepat menjadi tua?
Tentu saja. Satu hal lagi, perang harga mengakibatkan nilai barang atau jasa menjadi lebih rendah. Harga yang menjadi turun dapat pula berakibat pada penurunan dalam persepsi pembeli terhadap barang atau jasa yang Anda berikan.
Kalau begitu jangan ikut dalam perang harga?
Sebaiknya tidak. Karena perang harga hanya akan membunuh Anda sendiri. Karena harga barang atau jasa yang Anda sediakan adalah cost of goods sold ditambah dengan profit yang Anda harapkan. Maka ketika Anda ikut perang harga, Anda akan tiba pada harga jual yang lebih rendah daripada cost of goods sold. Dan itu berarti, sangat tergantung pada kekuatan finansial Anda, menanti masa perang harga benar-benar berakhir. Atau Anda mati sebelum perang harga tersebut berhenti.
Mengapa Anda tidak berfikir terbalik bahwa harga barang atau jasa yang Anda sediakan berada di tingkat persepsian yang tetap dan tidak berarti Anda sangat yakin bahwa kualitas Anda memang lebih baik sehingga pembeli mendapatkan value yang sesuai dengan uang yang dia keluarkan.
Memang tidak mudah untuk meyakinkan diri sendiri (justru ini paradoksnya) bahwa kualitas barang atau jasa yang Anda sediakan memang lebih baik daripada yang disediakan kompetitor. Syukur, bila Anda memang tidak mudah meyakinkan diri tentang kualitas barang atau jasa yang Anda sediakan. Tetapi tindak lanjutilah dengan melakukan monitor terus menerus terhadap kualitas tersebut. Sudah ada sekian banyak alat untuk mengukur kualitas termasuk yang dipersembahkan oleh penggagas dan pendorong kepopuleran Six Sigma.
Selain itu, Anda juga tidak perlu mericuhi pasar dengan memperbanyak produk yang tersedia di pasar. Memang seringkali perusahaan tergoda untuk menyediakan fighting brand (product) untuk memukul kompetitor yang mulai mendekat, tanpa harus kehilangan muka bila tidak berhasil memukul. Tetapi fighting brand justru semakin mendorong barang atau jasa yang Anda sediakan justru menjadi komoditas.
Jadi kapan Anda berhenti mendorong barang atau jasa itu cepat menjadi lebih tua?
No comments:
Post a Comment