Wednesday, May 13, 2009

Define Success

Seorang teman saya bertanya kepada pasangannya, yang juga kebetulan teman saya juga. Dan mereka dengan wawasan yang sama terbatasnya dengan saya agak bingung untuk mendefinisikan sukses.

Beberapa orang yang mereka kenal, memiliki karir dan berarti finansial yang sangat baik, tetapi sangat buruk di hubungan. Lebih buruk lagi adalah hubungan yang rusak itu dalam keluarga inti mereka, istri dan anak. Padahal sebagian besar memiliki karir dan mendapatkan penghasilan dari pekerjaan mereka, demi istri dan anak mereka.


Bahkan kadang-kadang orang tersebut bekerja berjam-jam setiap hari. Setiap hari, bahkan hingga Sabtu dan Minggu dia bekerja. Sekarang pekerjaan menjadi prioritas mereka. Pekerjaan tidak lagi menjadi alat untuk tujuan mereka: membahagiakan istri dan anak. Itu membuat hidup mereka bisa terguncang-guncang dalam perjalanan mendaki karir yang lebih baik. Lalu apa gunanya mendapatkan karir tinggi kalau hidup menjadi tidak bahagia? Coba cek diskusi kita terdahulu tentang ”Hidup Substitusi”.

Ada pula yang mati-matian mempertahankan dan memelihara hubungan rumah tangga dengan istri mereka. Sangat banyak waktu yang dia berikan untuk keluarga. Kemudian sangat banyak waktu kantor yang terpotong. Bukan dengan sengaja dia meninggalkan kantor demi keluarga. Tetapi bahkan untuk 30 menit saja lebih lama dari jam kerja normal, dia tidak bersedia.

Dengan demikian maka tidak banyak kemungkinan dia memberikan performansi yang tinggi dalam pekerjaannya. Benar bila dia bekerja dengan sangat efektif maka jam kerja normal saja sudah dapat memberikan dia kesempatan untuk berkinerja tinggi. Tetapi apa mau dikata, fikirannya toh terus terfokus pada istri dan anak serta cepat pulang. Sehingga tidak dapat dipastikan dia dapat melakukan pekerjaannya dengan efektif dalam jam kerja normal.

Di sisi lain ada lingkungan sosial yang juga mengharapkan Anda untuk melibatkan diri. Bagaimana mungkin Anda bisa hidup di dalam sebuah lingkungan dengan begitu banyak tetangga tetapi tidak ada seorangpun mengenal Anda. Anda boleh saja sangat kaya tetapi tidak seorangpun mengenal Anda kecuali lingkungan usaha Anda yang sangat-sangat-sangat-sangat terbatas itu.

Anda mungkin punya banyak sekali asset tetapi tidak ada komunitas yang Anda ikuti. Tidak ada orang yang bergaul dengan Anda. Maka Anda menjadi orang yang sangat kesepian. Tidak ada teman untuk berbagi cerita sedih dan duka, bahkan untuk berbagi kisah sukses Anda saja, tidak ada orang yang Anda yakin akan mau mendengar dengan sukarela. Apakah itu hal yang menyenangkan?

Baiklah, Anda mungkin punya teman yang sangat banyak. Ikut dalam berbagai komunitas. Hubungan Anda dengan keluarga sangat baik. Dan Anda juga cukup kaya untuk membeli yang Anda mau. Tetapi karena Anda begitu sibuk bekerja di kantor di sela-sela aktivitas sosial dan hubungan di rumah, maka Anda melupakan perawatan fisik Anda sendiri.

Pernah dengar pepatah: ”banyak orang yang mengorbankan kesehatannya demi uang, akan berakhir pada saat dia harus mengorbankan uangnya demi kesehatan.” Astaga! Berarti hidup orang itu berakhir dengan sakit-sakitan dan segera setelah selesai semua penyakit, dia jatuh miskin kembali. Sungguh sengsara hidupnya. Pengorbanan tanpa henti. Mengapa bisa demikian?

Saya tidak tahu seberapa yakin Anda dengan kekuasaan Allah. Tetapi saya tidak tahu sama sekali ada pihak lain yang menciptakan alam semesta ini selain Allah. Coba campuri proses tumbuhnya sebuah makhluk.

Katakan itu sebuah tanaman. Campuri dengan unsur kimia buatan seperti pestisida untuk menghalau hama. Dalam jangka pendek memang hama akan hilang dan tumbuhan dapat tumbuh subur. Tetapi dalam jangka panjang pestisida itu akan menempel di DNA tumbuhan dan itulah yang akan Anda konsumsi.

Astaga! Benarkah Anda bersedia dengan sangat rela untuk mengkonsumsi pestisida, pembunuh hama? Saya memang bukan seorang ahli kesehatan. Tetapi informasi yang saya tahu, pestisida yang menempel di tumbuhan dan kita makan, akan memicu radikal bebas. Sepanjang pengetahuan saya yang tidak banyak ini, radikal bebas adalah unsur yang dapat memicu kanker untuk tumbuh subur di tubuh manusia.

Karena itu semua orang berusaha untuk membuat pertanian organik. Menggunakan cacing untuk menyuburkan tanah. Menggunakan burung hantu atau kucing untuk menghalau hama tikus. Dan banyak cara lagi selain itu. Menggunakan makhluk untuk mengendalikan makhluk.

Bahkan Google saja sekarang sudah menyewa kambing untuk memangkas rumput di Googleplex (komplek perkantoran Google) selama satu minggu. Ini dilakukan karena mesin pemotong rumput menimbulkan radiasi dari energi yang dilepaskannya.

Lalu pihak mana yang menciptakan makhluk-makhluk itu? Jadi tidak ada alasan untuk tidak percaya adanya Allah. Tidak pula kita punya alasan bahwa semua yang kita dapatkan adalah sesuatu yang dibiarkanNya untuk kita dapatkan. Sesuatu yang tidak kita dapatkan adalah caraNya untuk memberi kita pelajaran yang berharga.

Jadi kita benar-benar harus percaya bahwa Allah itu ada, sangat berkuasa dan menyayangi kita. Buktinya ketika Dia memberi, itu karena Anda pantas menerima. Ketika Dia tidak memberi, itu karena kita pantas untuk mendapat pelajaran yang berharga. Maka, mendapat atau tidak mendapat, sangat bermanfaat.

Bayangkan ketika Anda begitu logis dan tidak menerima konsep bahwa ada campur tangan Allah dalam setiap hasil yang Anda dapatkan. Dalam waktu tertentu itu biasa-biasa saja. Tetapi akan tiba saatnya, logika Anda sama sekali tidak menghasilkan sesuatu yang Anda perkirakan. Apakah itu bukan saatnya kita juga perlu mempedulikan unsur-unsur spiritual?

Jadi ada beberapa aspek yang dianggap penting dan dijadikan ukuran bagi kehidupan. Mari kita lihat dari 5 perspektif: sosial, spiritual, fisik, hubungan dan finansial. Ada beberapa perspektif lain dalam kaitan kesuksesan, tetapi ini termasuk hal yang utama.

Dari contoh-contoh di atas tadi, bukankah bila kita sangat hebat di satu aspek tetapi sangat buruk di beberapa aspek maka hidup kita menjadi tidak seimbang? Nah, ketika hidup seseorang tidak seimbang, maka Anda akan berkomentar ”Iya sih, dia kaya. Tapi gak punya teman”

Apakah itu yang kita sebut sukses? Jelas tidak.

Lalu, apakah sukses diukur dari 5 aspek itu? Apa boleh buat, memang demikian.

Apakah kita harus luar biasa di 5 aspek tersebut? Justru tidak! Coba sekarang Anda ukur sendiri dengan skala 1 sampai 10. Skala 1 adalah sangat buruk, 5 adalah rata-rata, dan 10 adalah sangat baik. Beri nilai 5 aspek tersebut dalam hidup Anda sendiri.

Sekarang lihat apakah sudah seimbang dan semua di atas skala 5? Bila ada yang skala 6 tetapi aspek lain dalam skala 9, maka hidup Anda belum seimbang. Tetapi bila semua aspek berada pada skala 6 atau 7 itu sudah cukup seimbang. Pada akhirnya sukses adalah bila 5 aspek tersebut berada pada skala 8 atau 9.

Jadi, apa itu sukses?

No comments: