Hahaha, ini kata yang paling sering di dengar dari orang yang baru mendengar sesuatu yang baru. Atau bahkan mereka mengatakan ”ah, gak masuk akal tuh”. Bener ya?
Saya jadi mulai bertanya-tanya, kira-kira apa sih sebenarnya sesuatu yang masuk akal? Apakah yang namanya tidak masuk akal?
Coba ingat, ketika Anda berangan-angan ada robot yang bermanfaat melayani semua kebutuhan Anda, sekitar 5 tahun yang lalu. Nah, semua orang yang mendengar angan-angan Anda, akan mengatakan bahwa itu tidak masuk akal. Bener ya?
Lalu, tahun lalu Anda katakan bahwa Honda telah menciptakan sebuah robot yang diberi nama Advanced Step in Innovative Mobility (Asimo). Apakah mereka akan tetap mengatakan bahwa itu tidak masuk akal? Jadi apa sih yang sebenarnya masuk akal?
Bagaimana ketika sekitar 20 tahun yang lalu ada sepasang suami istri yang berfikir anaknya yang berusia 8 tahun akan bisa menggunakan komputer? Masuk akal ya? Ya lah, kan bisa diajarkan pelan-pelan. Apalagi anak-anak paling mudah diajarkan komputer.
Tetapi bagaimana bila saya katakan bahwa mereka adalah orangtua dari Ramaditya Adikara, sang penulis buku best seller Blind Power? Nah, sekarang Anda jadi bingung kan? Bila Anda yang mendengar langsung tekad pasangan itu 20 tahun yang lalu, dengan serta merta (walau mungkin dalam hati) Anda katakan: Nggak masuk akal!!!
Bayangkan, sekitar 15 tahun setelah itu, karya musik Ramaditya Adikara yang dia ciptakan dengan perangkat komputer yang sangat baik, digunakan sebagai Theme Song dari game Final Fantasy. Sekedar informasi bagi Anda yang tidak mengenal game tersebut, bahwa Final Fantasy adalah game petualangan ciptaan orang-orang Jepang dan digemari oleh sangat banyak orang di seluruh dunia.
Seluruh dunia!!! Best selling game!!!
Benarkah apa yang dikatakan orangtuanya 20 tahun yang lalu adalah hal yang tidak masuk akal?
Ada 90% manusia di dunia, baru percaya bahwa sesuatu bisa terjadi bila dia melihat langsung. Ada 7% manusia yang percaya dengan orang yang dia percaya walaupun belum melihat langsung. Dan katanya ada 3% orang yang percaya bahwa apa yang dia inginkan bisa terjadi. Karena itu hanya 3% manusia yang bisa jadi pemimpin bagi banyak orang.
Kabar buruknya, karena hanya 3% yang begitu, maka kemungkinan besar Anda tidak termasuk di dalamnya. Masuk akal???
Sangat masuk akal kalau begitu bila hanya sedikit sekali yang bisa menjadi pemimpin, terutama pemimpin yang visioner. Mereka tahu apa yang akan didapat, walaupun belum terbukti akan berhasil. Mereka akan mengejar hasil tersebut apapun rintangan yang ada.
Nah, jadi mana yang masuk akal?
Sesuatu yang memang sudah terbukti atau percaya pada tujuan dan melakukan segala hal yang perlu untuk mencapai tujuan?
Ngomong-ngomong, walaupun sudah ada bukti, banyak juga kok yang bilang belum tentu akan berhasil pada orang lain. Pernah kan ada orang yang Anda ajak melakukan sesuatu, kemudian orang itu sudah Anda tunjukkan bukti. Dia kemudian mengatakan ”belum tentu berhasil pada saya”. Benar kan?
Anda hanya perlu memilih kan? Mengikuti semua yang dilakukan orang-orang yang sudah menjadi bukti, atau memastikan Anda akan mencari jalan lain karena cara itu belum tentu berhasil pada Anda. Dan Anda tetap mengatakan itu, walaupun sudah banyak bukti orang yang berhasil dengan melakukan sesuatu itu.
Sekarang bagaimana bila Anda ditawarkan sebuah franchise. Perjanjiannya adalah, Anda melakukan tepat seperti yang diajarkan oleh sistem. Kemudian sebagian kecil dari penghasilan outlet yang Anda kelola, boleh Anda nikmati, katakanlah sekitar 10% dari laba saja. Sementara sisanya harus Anda kembalikan ke franchiser dan dihitung sebagai pembayaran franchising dan management fee.
Setelah nilai franchising fee terlunasi, maka Anda tinggal mengeluarkan sekitar 15% dari laba. Itu berarti pendapatan laba Anda naik dari 10% menjadi sekitar 85%. Syaratnya hanya satu: ikuti sistemnya. Bahkan sebagai seorang pengelola franchisee Anda harus patuh pada sistem. Tidak ada boleh melenceng. Kreatifitas tidak dilarang, tapi pelanggaran sistem tidak diperkenankan. Kesalahan-kesalahan kecil di 1 tahun pertama masih ditolerir, tapi tidak setelah itu.
Nah, apakah itu masuk akal?
Mari kita buka dua kata itu. Masuk dan akal. Saya ingat sekali bahwa ketika kecil orang-orang yang lebih tua, mentolerir kenakalan saya dengan mengatakan ”dasar belum punya akal”.
Ngomong-ngomong, akal bukan otak secara fisik. Jadi kita tidak sedang bicara tentang ilmu kedokteran dan tidak ada kaitan dengan cacat lahir yang otak tidak tumbuh atau hal seperti itu.
Jadi kita asumsikan saja bahwa akal adalah sesuatu yang bisa muncul dan kemudian bisa tumbuh sesuai kondisi tertentu. Mengapa kondisi tertentu, nanti kita diskusikan.
Nah, tadi ada kata masuk. Mari kita asumsikan seperti sebuah wadah yang dapat dimasuki sesuatu. Semakin besar wadah tersebut maka semakin banyak pula hal yang dapat masuk ke dalam wadah.
Nah, sudah mulai masuk akal ya?
Jadi semakin besar akal kita, akan semakin mudah diterima segala sesuatu untuk diterima oleh akal. Itu termasuk segala hal yang tadinya Anda anggap tidak mungkin, Anda dapat menganggap hal yang mungkin.
Lalu bagaimana bisa membuat akal menjadi semakin besar?
Hal pertama, jelas adalah sumber pengetahuan dari buku-buku. Mengapa buku? Karena di buku, sang penulis adalah penanggung jawab utama. Maka, semua kebohongan yang dia katakan dalam buku akan menjadi dosanya, semakin banyak yang membaca kebohongannya semakin banyak pula dosanya. Karena itu, biasanya penulis buku lebih berhati-hati dalam hal kebohongan, dan lebih suka menulis yang bermanfaat buat pembacanya.
Mengapa dengan koran dan media massa lain? Halah, yang benar saja. Itu kan berita tentang orang lain. Pernahkah Anda dan teman Anda mendengar seseorang berpidato, melihat ekspresinya.
Tapi coba bandingkan pendapat Anda dan teman Anda tentang pidato tersebut dan tentang orang yang berpidato. Sangat mungkin akan ada dua kesimpulan yang berbeda. Bukankah itu yang Anda temui di koran? Semua tulisan ditulis oleh seseorang tentang orang lain.
Walaupun ada kode etik jurnalistik, proses check n balance serta segala hal yang terkait dengan tanggung jawab media, tetap saja itu merupakan interpretasi atas sesuatu atau seseorang. Sementara tanggung jawab utama berada pada subyek berita.
Ke dua, bergaul. Bergaullah dengan lebih banyak orang. Bergaullah dengan selektif. Bukan berarti Anda tidak boleh bergaul dengan orang-orang tertentu. Anda bebas bergaul dengan siapa saja, sejauh Anda tidak terpengaruh dengan hal-hal yang negatif.
Karena Anda ingin menjadi lebih baik dan lebih berhasil dalam banyak hal, bergaullah dengan orang-orang yang telah berhasil. Analoginya begini, seorang apoteker mungkin sering gagal ketika hendak membuat meja. Sementara seorang tukang sering berhasil membuat meja. Maka bila Anda ingin membuat meja, sebaiknya tidak terlalu banyak bertanya pada si apoteker, dan lebih banyak belajar dari seorang tukang.
Ke tiga, tirulah. Bukankah Anda ingin membuat meja? Jangan sekedar mengajarkan pada orang-orang tentang membuat meja, tetapi Anda tidak pernah membuat meja. Jangan memotivasi orang sementara Anda sendiri adalah orang yang takut untuk mencoba hal-hal baru. jangan sibuk mengatakan bahwa orang bisa menjadi lebih berhasil, sementara Anda sendiri tidak melakukan yang Anda katakan.
Ke empat, lakukan dengan gaya Anda. Gaya Anda, bukan cara Anda. Caranya tetap seperti yang diajarkan oleh tukang meubel tersebut. Menggunakan peralatan, sejenis dengan yang dia gunakan, tetapi sesuaikan gaya Anda dengan cara tersebut. Karena setiap manusia memiliki karakter yang unik, sehingga membutuhkan gaya yang berbeda pula.
Ke lima, lakukan. Tidak ada kata lain selain lakukan. Lakukan dan Anda dapat merasakan. Lakukan dan Anda hidup dengan kebiasaan-kebiasaan orang yang berhasil. Sehingga Anda tahu ada sekian banyak hal yang biasanya dianggap tidak masuk akal, tiba-tiba kemudian menjadi hal yang masuk akal.
Jadi, masuk akal adalah bila Anda membuka akal agar semua mudah masuk. Dan hanya ada satu rangkaian cara: pahami-lakukan-dapat hasil-ajarkan. Tidak ada jalan pintas: pahami-ajarkan. Karena bila demikian, akan banyak hal yang tidak masuk akal Anda.
Hidup Anda adalah pilihan Anda.
No comments:
Post a Comment