Wednesday, January 1, 2014

Blurb

Penulis selalu ingin karyanya dibaca banyak orang, karena ingin menyebarluaskan pengetahuan dan pemahaman atau ingin menyenangkan hati, bisa juga ingin membuat orang-orang waspada terhadap hal-hal tertentu. Ada pesan yang ingin disampaikan.

Padahal ketertarikan calon pembaca terhadap sebuah karya disebabkan oleh sumber yang beragam. Judul, nama penulis dan penerbit adalah informasi paling awal dan paling mudah didapat oleh calon pembaca. Nama penerbit menjanjikan genre dan kualitas terbitan, biasanya.

Nama penulis juga demikian, untuk yang sudah menerbitkan lebih dari 2 novel, gaya dan kualitas tulisannya sudah dikenal. Robert Galbraith tidak terlalu dikenal, dan penjualan novelnya agak seret, kemudian terbuka rahasia bahwa itu adalah Joanne Kathleen Rowlings, sang pencipta Hogwart, Lord Voldermort dan… Harry Potter, maka banyak yang penasaran ingin membaca novel itu.

Judul? Itu juga perlu untuk menarik calon pembeli membaca tulisan yang kita hasilkan. Sering terjadi, judul yang diubah membuat penjualan menjadi meningkat cukup tajam. Tetapi, tentang judul akan kita diskusikan lagi nanti. Sekarang kita diskusi tentang sekumpulan kata dan kalimat yang mendeskripsikan isi buku yang kita hasilkan.

Sinopsis? Ya, itu biasanya untuk penerbit yang kita tuju, agar secara cepat dan lengkap dalam 2 hingga 3 halaman A4 penerbit tahu apa yang ada dalam naskah kita setebal lebih dari 70 halaman A4. Tetapi itu bukan untuk calon pembaca, karena buku kita tidak menarik lagi untuk dibaca detilnya.

Kalau sering memperhatikan buku kertas, perhatikan cover belakang. Ada serangkaian kalimat yang menggoda kita untuk mencoba membaca buku itu. Nah, itu adalah elemen promosi dari sebuah buku, agar calon pembaca ingin membaca halaman demi halaman, karya kita. Bagian itu, biasanya disebut blurb.

Ayo kita lihat di sini

Tulisan itu menyebutkan ada 4 formula membuat blurb, sehingga akan sangat sedikit calon pembaca yang tidak tertarik untuk membaca karya kita. Pertama adalah situasi. Ada lokasi dan keadaan tertentu yang diceritakan dalam novel kita, sampaikan dengan sederhana dan cepat. Ini membuat orang-orang yang pernah berada atau tinggal di lokasi tersebut, atau pernah mengalami keadaan yang sama tertarik untuk membaca lebih detil.

Masalah. Mirip dengan situasi tadi dengan sedikit lebih rinci yang membuat calon pembaca mulai memahami sedikit tentang kejadian yang akan diceritakan oleh buku itu. Biasanya menarik calon pembaca untuk mengetahui solusi dari konflik atau masalah tersebut.

Kemungkinan solusi. Ini menurut saya agak rawan, karena bila terlalu jelas dideskripsikan, maka tidak lagi menarik untuk membaca secara utuh. Maka samarkan sedikit dengan satu pertanyaan, misal: “…apakah karakter uniknya dapat membuat cowo itu jatuh hati?” atau “… dapatkah cara unik yang biasa dia lakukan menghentikan penyebaran virus di… ?”

Mood. Calon pembaca seringkali ingin tahu emosi seperti apa yang akan muncul dari dirinya saat menyelesaikan bacaan; sedih, gembira, geli, takut, marah? Bagian ini akan membuat calon pembaca menjadi pembaca.

Beberapa penerbit membuatkan blurb bagi buku terbitannya. Akan tetapi, bukan berarti penulis tidak perlu memperhatikan blurb. Dapat saja penulis menyumbangkan ide untuk blurb bagi bukunya. Blurb bahkan penting pada buku digital, karena biasanya diletakkan di bawah cover dan informasi tentang judul, nama penulis dan lainnya.

Bila buku kertas, luas area untuk sebuah blurb terbatas pada cover belakang buku. Menjadi rawan bagi para pembuat blurb (baik itu penerbit maupun penulis) bagi buku digital, karena bisa saja sebuah blurb menjadi terlalu panjang, terlalu informative sehingga tidak lagi menarik minat untuk membaca lebih detil. Maka buatlah blurb yang cukup mendeskripsikan seperti apa buku yang kita tulis, sekaligus cukup pendek untuk menimbulkan rasa penasaran calon pembaca.

Dramatis! Itu salah satu syarat sebuah blurb, karena rasa penasaran harus benar-benar muncul di benak calon pembaca. Rasa ingin tahu yang semakin besar karena blurb akan menempel dalam ingatan calon pembaca, hingga membuatnya tertarik membaca sampai halaman terakhir. Blurb berperan cukup penting, sepertinya ya?

Tentu, pesan apapun yang kita selipkan dalam kata-kata yang kita rangkai dalam buku, tidak akan pernah sampai ke pembaca, bila mereka tidak membaca hingga halaman terakhir. Bahkan tidak sampai bila mereka hanya membaca sambil lalu.

Less is more… and just the dramatic core of the story… Andai semua diskusi kita tadi sulit untuk diingat, silakan ingat bahwa sedikit itu lebih baik dan hanya bagian inti yang dramatis saja. Berlatih membuat blurb sendiri dan perhatikan jumlah pembaca (jumlah pembeli) buku Anda dari satu judul ke judul lain. Tetap menulis!

Januari 2014
Silakan bertanya melalui twitter: @ardiansyam

No comments: