Friday, November 2, 2007

Ada Monyetnya

Ada seorang anak lelaki yang berdiri di pingggir jendela dan melihat ke luar. Seorang anak perempuan sedang duduk membelakangi jendela sedang membuat susu coklat. Si anak lelaki tiba-tiba berteriak “Dek, ada balon, ada badutnya”

“Sekalian aja ada monyetnya..”

“... ada monyetnya juga...”

Si anak perempuan mengabaikan informasi yang disampaikan oleh abangnya tadi dan terus saja mengaduk susu coklat yang dia buat dan meminum habis susu itu tanpa sisa.
Tayangan iklan ini awalnya ada adegan terdahulu ketika si adik selesai membuat susu dan si kakak lelaki berteriak ada balon udara. Si adik melongok ke jendela padahal tidak melihat apapun di luar sana. Ketika si adik berdiri di dekat jendela maka si kakak lelaki meminum habis susu yang baru dibuat si adik.

Produsen susu dan pembuat iklan tampaknya sadar bahwa mereka sedang membuat adegan yang tidak baik untuk dicontoh anak kecil manapun, karena lebih menunjukkan sisi negatif. Bahwa sang kakak lelaki menipu adiknya untuk mendapatkan susu yang baru dibuat sang adik. Sementara kemudian sang adik, setelah membuat susu di gelas ke dua, kemudian ditunjukkan tidak percaya sama sekali pada sang kakak.

Karena itu adegan yang melibatkan gelas pertama dan penipuan yang dilakukan oleh si kakak lelaki dihapus. Sebuah tindakan yang sangat efektif bagi produk. Tindakan ini bisa berasal langsung dari produsen maupun dari biro iklan yang membuat tayangan. Tetapi jadi sangat efektif karena suasananya jadi sangat berubah.

Ketika adegan awal yang berkesan negatif dihilangkan, maka adegan yang kemudian sering ditayangkan di televisi, jadi kehilangan sisi negatif. Lebih banyak ke unsur lucu sama sekali dan lebih memberi pelajaran bagi para penikmat tayangan iklan tersebut.

Si anak perempuan sangat ingin meminum susu yang menjadi kesukaannya. Dia membuat sendiri karena dia begitu suka pada susu itu sehingga tidak perlu meminta tolong pada siapapun dan menunggu siapapun untuk membuatkan susu itu baginya. Dia juga memang sudah masuk usia yang dapat membuat sendiri minuman dengan mencampur susu bubuk dengan air hangat. Maka dia buat sendiri.

Sedari kecil, menurut tayangan iklan itu, kita sudah harus berusaha mencapai sendiri apa yang kita inginkan. Tetapi apa sebenarnya yang diinginkan oleh si anak perempuan? Membuat sendiri susu bagi dirinya? Atau meminum susu? Atau meminum susu yang dia buat sendiri?

Bila saya mengatakan bahwa hal yang ingin dia capai adalah meminum susu, Anda mungkin akan menyatakan bahwa saya salah. Tepat sekali, memang bukan itu hal yang ingin dicapai oleh si anak perempuan. Karena bila dia hanya ingin minum susu, maka dia akan minta tolong kepada pembantu (bila keluarga itu mempekerjakan pembantu rumah tangga), kepada kakak lelakinya, kepada ibunya, atau bahkan kepada ayahnya. Tetapi karena ditayangkan bahwa dia membuat sendiri susu untuk diminum, maka bukan itu yang ingin disampaikan sebagai hal yang ingin dicapai si anak perempuan.

Dia membuat sendiri susu. Tetapi bila saya menyatakan bahwa tujuan si anak perempuan adalah membuat sendiri susu bagi dirinya, maka Anda sekali lagi akan mengatakan bahwa saya salah. Sekali lagi Anda tepat! Karena bila itu yang ingin disampaikan oleh iklan itu, maka si anak perempuan akan merelakan sedikit susu buatannya untuk si kakak lelaki.

Dia tidak mengijinkan sedikitpun si kakak lelaki mendapatkan susu yang dia buat. Karena dia tetap memandangi gelas susu itu ketika si kakak lelaki mencoba mengganggu perhatian dengan menyatakan ada balon udara yang ada badutnya.
Maka menjadi jelas bagi kita bahwa si anak perempuan berniat untuk meminum susu yang dia buat sendiri.

Fokus pada tujuan; minum susu yang dia buat sendiri. Berusaha mencapai tujuan; membuat susu. Menjaga fokus yang sedang berusaha dicapai; tidak peduli dengan gangguan si kakak lelaki.

Seorang anak yang terlihat masih berusia kurang dari lima belas tahun dan sudah mempelajari, memaknai, memahami dan menjalankan tiga hal untuk mencapai keinginan.
Setiap motivator dalam setiap training juga mengajarkan hal yang kurang lebih sama. Fokus, berusaha dan berusaha tidak terganggu dengan kondisi apapun yang dihadapi ketika akan mencapai tujuan.

Tetapi banyak kawan saya yang menyatakan bahwa tiga hal tersebut jauh lebih mudah dikatakan daripada dilakukan.

Anda mungkin sedang mengernyitkan dahi ketika membaca kata-kata yang saya kutip dari banyak kawan saya, tadi. Atau Anda malah menyetujui perkataan tersebut?
Mari kita coba lihat apa yang membuat mereka merasa atau berfikir bahwa jauh lebih mudah mengatakan daripada melakukan. Benarkah saya, mereka dan Anda memiliki tujuan yang sangat ingin dicapai? Benarkah tujuan tersebut tetap lebih indah dari apapun di dunia ini? Benarkah bahwa apapun kondisi yang muncul tidak akan mengganggu usaha kita untuk mencapai tujuan itu?

Atau tidak ada tujuan yang sedemikian rupa sehingga akan selalu ada hal lain yang lebih indah dari tujuan kita itu?

Atau tujuan itu tidak benar-benar kita inginkan sehingga kondisi-kondisi sulit yang muncul ketika kita ingin mencapai tujuan itu, dapat mengganggu upaya kita mencapai tujuan?

Jadi, apakah masih perlu kita belajar dari anak perempuan tadi, yang dengan santai menjawab gangguan dari si kakak lelaki; “...sekalian aja ada monyetnya...”

Medan – April 2007

No comments: