Monday, August 25, 2008

Siapa Tuhanmu?

Setiap orang yang beragama Islam, saya tahu, sangat yakin bahwa ini adalah pertanyaan pertama yang diajukan malaikat kepada arwah kita di kubur, ketika orang-orang yang menguburkan kita telah berlalu.

Setiap guru agama yang mengajar saya suka sekali menyatakan bahwa kita harus menjawab bahwa Allah, adalah Tuhanku. Tidak ada yang salah dengan ajaran itu, sangat benar bahwa kita harus percaya bahwa Allah yang menjadi Tuhan bagi setiap Muslim, setiap orang yang mengucapkan dua kalimat pengakuan, syahadatain.Tetapi teringatkah kita akan UAN?

Lho kok nyelusup sampai ke Ujian Akhir Nasional segala?



Begini, kawan. Kita belajar di sekolah, hakikatnya adalah bahwa kita paham dan menggunakan pelajaran tersebut untuk memudahkan hidup kita. Kita tahu tentang tambah-kurang-kali-bagi, agar memudahkan kita saat akan membeli atau menjual. Kita tahu tentang gerak di bidang miring dalam ilmu fisika, membuat kita menambah tenaga mobil saat berada di ujung bawah tanjakan.

Kita tahu tentang respirasi tanaman agar kita tidak sok-sokan menyimpan tanaman di dekat tempat tidur di dalam rumah, agar kita tidak perlu berebut oksigen. Jadi, pada dasarnya semua pengetahuan yang kita pelajari adalah untuk kehidupan kita sendiri.

Lalu, semua pelajaran itu kita terima secara bertahap selama kita sekolah di SD, SMP atau SMA. Karena semua pelajaran itu sebenarnya bermanfaat bagi diri sendiri, maka tidak ada seorangpun di dunia ini boleh memaksa Anda untuk belajar, menghapal dan memahami semua pelajaran itu.

Ya, memang. Orang-orang yang tidak memahami pelajarannya akan kesulitan.

Syukurlah, ternyata bukan Anda yang dibohongi oleh penjual yang memberikan kembalian yang kurang atas uang yang dibayarkan untuk barang yang dibeli. Syukurlah, ternyata bukan Anda yang panik di tengah tanjakan karena tidak mulai mempercepat laju kendaraan sejak semula. Dan syukurlah, ternyata bukan Anda orangnya yang mengalami sesak nafas setiap malam hanya karena ada antherium di dalam kamar.

Lucu ya, memang. Karena sejak dulu hingga sekarang, banyak orang yang belajar hanya karena akan ada ujian. Padahal ujian di sekolah itu, hanya untuk memastikan pada para guru, bahwa pelajaran yang mereka ajarkan memang terpahami oleh para murid. Walaupun, banyak guru yang tidak mau introspeksi diri bahwa ketika sebagian besar jumlah muridnya tidak paham, maka dialah yang salah dalam mengajarkan.

Tetapi kita tidak sedang bicara tentang para guru. Kita bicara tentang Anda, saya dan mereka. Syukur sekali Anda dan saya belajar untuk dimanfaatkan dalam kehidupan. Tetapi ada berapa banyak orang di sekitar kita waktu sekolah, yang belajar hanya untuk lulus ujian?

Jadi, ujian sebenarnya dengan mudah dapat kita lalui bila kita memang paham dan hidup dengan pengetahuan itu. Jadi, Tuhan ...?

Astaga, cerdas sekali, Anda. Memang benar demikian, pertanyaan yang diajukan malaikat itu akan dengan mudah kita jawab bila kita hidup dengan keyakinan bahwa hanya Sang Pencipta itulah yang menjadi Tuhan.

Jadi, akan ada dong yang tidak bisa menjawab pertanyaan itu? Sama seperti orang yang tidak lulus UAN?

Benar, ada orang yang begitu takut menyatakan bahwa cara atasannya mengelola perusahaan sudah bertentangan dengan ajaran agama, sedang mempertuhankan atasan. Orang yang dengan sengaja tidak mau memberikan kesempatan promosi kepada orang yang berperformansi baik karena dia yang kuasa menandatangani surat keputusan, berarti punya tuhan lain: kekuasaannya.

Orang yang menindas bawahannya dan selalu menyatakan bawahannya salah, sementara selalu pula dia menyatakan atasannya benar walaupun secara logika jelas salah, sedang punya tuhan lain lagi: jabatan. Orang yang menggunakan kekuasaannya untuk mengubah yang “buruk” menjadi “baik” karena menerima imbalan materi, maka dia sedang mempertuhankan uang.

Tapi kan mereka tetap punya tuhan, dan hanya satu?

Siapa bilang? Ada orang yang suatu saat bertuhan kepada atasan, dan di saat lain dengan lalim tidak mau mempromosikan orang yang berperformansi baik karena dia sedang ganti tuhan: kekuasaannya. Di saat lain, karena dia punya kekuasaan maka dia pergunakan menyembah tuhan yang lain pula: uang. Dan karena uang sangat menyenangkan maka dia takut kehilangan kekuasaan sehingga dia sedang bertuhan jabatan. Padahal lima kali setiap hari dia bertuhan kepada Allah.

Nah, persis seperti pelajaran yang kita dapat di sekolah. Ketika kita paham dan memanfaatkan pengetahuan itu untuk kehidupan kita dan terus-menerus percaya pada pemahaman itu, karena terus-menerus pula pemahaman itu terbukti, maka kita yakin dengan pengetahuan itu. Sehingga pada saat ujian, kita diberi pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan kita itu, maka dengan mudah kita menjawabnya.

Sebaliknya, bila teman Anda hanya belajar, tidak memahami, tidak memanfaatkan pengetahuan untuk kehidupannya, maka dia tidak yakin dengan pengetahuan itu. Karena dia tidak yakin dengan pengetahuan itu, saat diberi pertanyaan dia akan kelimpungan untuk menjawab.

Jadi, Tuhan...?

Kebayang, kan. Kalau setiap beberapa jam sekali dia mengganti-ganti tuhannya. Maka pemahamannya akan Tuhan akan berantakan. Karena pemahamannya akan Tuhan sudah begitu berantakan, maka keyakinannya akan pemahaman itu juga jadi berantakan. Karena keyakinannya berantakan, saat diberi pertanyaan dia akan kelimpungan untuk menjawab.

Jadi, siapa sebenarnya Tuhannya?

Lha kalau orangnya saja bingung menjawab itu, bagaimana mungkin saya bisa tahu siapa tuhannya? Saya bahkan curiga, jangan-jangan dia merasa sudah menjadi tuhan.

No comments: