Seseorang yang dianggap sebagai motivator, menghubungi saya. Katanya dia merasa sangat depresi dan ingin melepaskan semua yang ada. Sungguh luar biasa sekali, kejutan yang saya dapatkan. Selama ini saya selalu menyangka bahwa seorang motivator adalah orang yang selalu memiliki motivasi yang kuat dan memandang dunia dengan senyum, karena selalu ada solusi untuk semua masalah, baginya.
Ternyata saya salah! Saya bertanya apakah itu berhubungan dengan aktivitasnya atau dengan hubungan antar manusia. Dia menyatakan bahwa dia belum bisa membuka lebih rinci, tetapi dia bersedia mengatakan bahwa rasa sedihnya itu berkaitan dengan hubungan antar manusia.
Dia justru menganggap saya orang yang bisa menganggap masalah sebagai hal kecil dan selalu dapat mengatasi semua masalah saya. Demi menolongnya, saya katakan saja, ya. Padahal beberapa masalah saya kadang-kadang bisa membuat saya melamun tanpa tahu apa yang harus saya lakukan. Tetapi mari kita balik saja ke dia.
Dia tanya apa yang biasa saya lakukan bila menghadapi masalah yang seolah-olah tak terpecahkan. Saya katakan bahwa saya percaya janji Tuhan yang bilang, bahwa Aku tidak pernah memberi kamu cobaan yang tidak bisa kamu atasi. Jadi percaya saja bahwa masalah itu akan selesai.
Jadi biarkan saja? Tanya beliau. Saya bilang, ya. Biarkan waktu yang menunjukkan jawaban atau solusi untuk masalah itu. Dia bilang, benar juga, waktu bisa menyembuhkan. Astaga, rupanya ada juga rasa sakit di sana, kata pikiran saya. Lengkaplah sudah, tampaknya, ada masalah yang membuat depresi dan ada rasa sakit.
”Kamu sudah coba untuk refreshing?” Dia bilang, sudah. Bahkan dia baru saja meninggalkan semua hal yang ada dan menyepi. Tak perlulah saya katakan di mana. Kalau begitu, belum ada jalan lain, menurut saya. Karena bagi saya melupakan, untuk sementara, masalah yang ada merupakan refreshing dan membuat saya re-creating.
Ada saran lain? Tanya beliau. Saya bilang, saya ingat satu kata dari F. Oetinger: ”Tuhan beri saya pengetahuan untuk membedakan apa yang dapat saya ubah dan apa yang tidak dapat saya ubah. Tuhan beri saya kekuatan untuk mengubah apa yang bisa saya ubah. Tuhan beri saya kesabaran untuk menerima apa yang tidak dapat saya ubah.”
Dia orang yang besar, dengan karya-karya yang luar biasa inspiring dan motivated. Tetapi dengan rendah hati sekali dia mengatakan bahwa kata-kata saya sudah releasing sebagian hal yang menyesaki dadanya.
Lalu apakah kita jadi tidak perlu lagi motivasi? Apakah kita tidak membutuhkan inspirasi? Tidak juga. Setiap orang akan berada dalam masa-masa yang begitu menekan, tidak punya jawaban untuk masalah yang muncul. Tidak tahu harus melakukan apa, dan bahkan hampir saja tidak tahu harus bicara kepada siapa.
Tetapi kita punya segudang pengetahuan dan memori yang sangat banyak di handphone kita. Seperti yang beliau bilang, ”Aku benar-benar yakin, kamu memang bisa diandalkan untuk mengangkat kembali semangatku.” Saya memang jelas-jelas tersanjung, sangat-sangat bangga dan agak sombong. Tetapi saya menarik satu pelajaran yang sangat berarti, walaupun kita sudah mendaki atau bahkan sudah ada di puncak, selalu ada orang yang bisa kita andalkan untuk mencurahkan pedih, sakit dan depresi. Di manapun posisinya sekarang dan siapapun dia.
Tetapi kita tidak dapat menemukan orang yang tepat bila kita tidak terus mencoba mencari orang-orang yang bisa kita andalkan, bila kita tidak memelihara pertemanan. Dan kita bisa memelihara pertemanan bila kita terus dan terus mencari teman baru. Maka, bergaullah....
Medan – September 2008
No comments:
Post a Comment