Mimpi adalah kunci, untuk kita taklukan dunia…, begitu kata Giring sang vokalis Nidji dalam lagu thema Laskar Pelangi. Masa iya? Mungkin masih ada yang bertanya begitu. Tetapi biar saja lah, karena Andrea Hirata sudah membuktikannya. Bukan hanya kawan saya itu yang membuktikan kata-kata tadi. Bahkan sang perempuan ‘perkasa’ yang merelakan pergi orang yang sudah ingin menikahinya, melepas tawaran bekerja di tempat yang akan memberinya penghasilan lebih baik, demi memberi kesempatan bagi anak-anak yang kurang mampu untuk mendapatkan pendidikan.
Sebenarnya sangat ingin saya menceritakan satu persatu adegan dalam film tersebut, tetapi karena Anda, yang mungkin belum menonton dan akan terganggu kenikmatan menonton Anda karena tulisan ini, marilah kita tidak bicara soal adegan.
Setahu saya, ada lebih dari 1 juta eksemplar rangkaian novel Laskar Pelangi telah dibeli orang, belum lagi kalau menghitung yang bajakan, walaupun itu bukan hal yang terpuji. Tetapi, bila menghitung bahwa bagi orang Indonesia, 1 buku akan dipinjam dan dibaca oleh lebih dari 4 orang lain, maka paling sedikit ada 4 juta orang yang sudah membaca novel itu. Karena itu, saya cukup yakin bahwa Anda sudah menikmati novel yang ditulis sang pegawai Telkom itu.
Sedikit pertanyaan bagi Anda, siapa yang lebih Anda sukai: Mathias Muchus, Slamet Raharjo, Cut Mini, Tora Sudiro, Lukman Sardi, Ikranagara, Robby Tumewu, Rieke Diah Pitaloka, Ario Bayu, Jajang C Noer atau Alex Komang? Ah, sudahlah tidak perlu memilih, karena menakjubkan sekali, di film ini Anda tidak perlu memilih pemain film yang disukai, karena: “semua deh ada di sini”
Jadi mengapa Nidji benar bagi Bu Muslimah Hapsari? Mengapa kata-kata Giring benar bagi Andrea? Karena mimpi Bu Muslimah untuk memberikan kesempatan meraih pendidikan bagi anak-anak kurang mampu agar mereka bisa ’melihat’ dunia, benar-benar membuat si Ikal benar-benar melihat Sorbonne. Karena mimpi Andrea yang akan melihat menara Eiffel, benar-benar kesampaian.
Dan mimpi mengajarkan kita untuk tetap punya semangat. Mengapa begitu? Karena tidak ada yang bisa kita raih tanpa mimpi. Mimpi adalah tempat tujuan kita, tidak peduli kita sekarang ada di mana, tetapi ke mana kita akan berangkat.
Pernahkah Anda ingin ke tempat wisata. Bayangkan, tempat itu begitu menarik dan Anda sangat ingin berlibur ke sana. Tetapi Anda tidak tinggal di tempat itu, dan butuh waktu untuk perjalanan ke sana. Maka Anda harus menyiapkan waktu untuk berlibur, sayang kan, berlibur hanya untuk beberapa jam saja. Dan Anda harus pula menyiapkan bekal dan ongkos untuk ke sana. Maka tujuan membuat Anda melakukan sesuatu demi mencapainya. Dan itulah mimpi.
Mengapa? Karena akibat cerita tentang perahu Nuh, maka Ikal berkata kepada kawannya ”Kalau kau tak rajin sholat, kau harus bisa berenang.” Maka akal si Ikal bilang, tidak bisa diam saja untuk menyelamatkan diri. Harus rajin beribadah agar diterima oleh Nuh di perahunya, atau ya berenang sendiri ketika banjir datang. Sebuah pesan motivasi di balik tawa yang ’diledakkan’ oleh kata-kata naif seorang anak kecil.
Tapi Anda memang sudah baca novelnya kan? Bagaimana sembilan anak dan orang tua yang sudah berharap untuk mendapatkan pendidikan menerima seorang Harun, yang, ya sudahlah lihat saja si Harun dan Anda akan tahu bagaimana Mira Lesmana dan Riri Reza menggambarkan kegembiraan dan kesedihan yang ditampilkan melalui Harun.
Oh ya, jangan tanya soal gambar ya. Karena saya tidak akan sanggup menahan kata-kata saya untuk menyatakan: Luar biasa! Tapi, aduh, nanti Anda jadi terganggu dan tidak bisa menikmati tontonan. Maaf.
Dan ”... dalam hidup banyak-banyak lah memberi, jangan banyak-banyak meminta...” Itu kata Pak Harpandi. Eh, itu ada di novel kan? Jadi saya tidak menceritakan isi film, kan? Jadi Anda tidak terganggu kalau nanti menontonnya kan? Masih bisa menikmati tontonan kan? Jadi, Anda sudah bisa menduga kan, adegan seperti apa yang akan menggambarkan kata-kata beliau. Tapi, jangan ragu-ragu mengeluarkan air mata.
Dan beliau benar-benar menunjukkan bagaimana dia memberi, kepada para pelangi, yang muncul setelah hujan. Setelah hujan! Satu lagi pesan, sepertinya, karena sesuatu yang indah seperti pelangi, baru akan muncul setelah hujan.
Jadi ingat kata-kata ”Habis gelap terbitlah terang”. Sekarang sudah diganti ”habis hujan terbitlah pelangi”. Ya, betapa tidak, bila kita memaksakan diri untuk berjalan di kala hujan maka baju akan jadi basah, atau Anda tidak bisa melakukan aktivitas apapun yang harus dilakukan di luar ruangan. Tetapi lihatlah pelangi sesudahnya, begitu indah! Maka Anda bisa memahami kata-kata ”...bahwa laut begitu indah (karena terlihat semua pemandangan indah di bawah permukaan air) setelah badai...”
Mana yang lebih Anda sukai: Nidji, Netral atau Gita Gutawa? Atau Anda begitu merindukan lagu Seroja. Oops, ini harus benar-benar di simpan. Jadi, Anda bayangkan saja di bagian apa akan mendengarkan mereka. Atau lihat saja sendiri di filmnya.
Atau Anda begitu menyukai karya-karya musik Titi dan Aksan Sjuman, jadi nikmati saja bagaimana suara-suara akan menggambarkan suasana dalam adegan di film itu. Jelas Anda akan suka karya mereka, seperti Anda akan menyukai tawa yang akan Anda keluarkan atas kreatifitas Mahar.
Ada banyak pesan yang jelas tidak akan saya katakan di tulisan ini, karena jelas Anda akan terganggu kalau saya menulis terlalu banyak hari ini. Dan jelas saya bukan orang yang bersedia mengganggu kenikmatan Anda menikmati tertawa dan menangis karena Andrea Hirata, Muslimah Hapsari, Harpandi, Sahara, Ikal, Lintang, Mahar, Harun, Kucai, Riri dan Mira. Oh iya, maaf Andrea, saya lupa menceritakan cinta pertama yang membuat kau ”keracunan kuku’.
Akhirnya: setelah semua itu, saya jadi ingat F. Oetinger. ”Tuhan, aku mohon pengetahuan untuk membedakan apa yang bisa kuubah dan apa yang tidak bisa kuubah, aku mohon kekuatan untuk mengubah yang bisa kuubah, dan aku mohon kebijakan untuk menerima dan memahami apa yang tidak bisa kuubah.”
Jadi, kenapa masih membaca tulisan ini. Sudah beli tiketnya, ya? Pantas saja...
No comments:
Post a Comment