Suatu saat di sebuah tempat, sekumpulan pelikan tinggal di dekat sebuah tempat pengalengan ikan. Karena tempat itu menyediakan ikan yang berkualitas dan diekspor ke banyak negara, maka mereka harus benar-benar memilih ikan hasil tangkapan mereka.
Setiap ikan yang tidak sesuai dengan kualitas ekspor yang mereka tetapkan, maka ikan-ikan itu dibuang kembali ke laut. Nah dari sanalah pelikan-pelikan tadi mendapat makanan sehari-hari mereka.
Setiap hari, sepanjang minggu, bulan berganti bulan, hingga dalam bilangan tahun. Setiap pelikan yang tinggal di sekitar tempat itu, akan mendapatkan makanan. Bukan ikan busuk, hanya saja ikan itu tidak sesuai dengan standar kualitas ekspor. Sehingga tidak terganggulah habitat pelikan tersebut dengan makanan yang beracun atau menyebabkan mereka mengalami mutasi gen.
Anda mungkin tahu bahwa pelikan adalah burung yang sangat ahli menangkap ikan. Bila masih di sekitar permukaan maka ikan-ikan akan segera tertangkap dan masuk ke dalam paruh mereka yang besar. Hanya saja, sumber makanan tersedia dengan gratis, tanpa harus bersusah payah. Tidak perlu lagi menangkap di kedalaman 2 meter dari permukaan. Ikan-ikan dari tempat penangkapan ikan masih segar dan tersedia di satu tempat yang kering.
Mereka bisa langsung mengambil makanan tanpa harus bersusah payah terbang, membidik, menukik tajam dengan kecepatan tinggi, untuk menangkap ikan yang akan disimpan sementara dalam paruh mereka. Easy money!!!
Tetapi, trend berubah. Gaya hidup berubah. Bisnis seringkali tidak mampu mengikuti perubahan dengan sangat cepat. Hingga lama kelamaan perusahaan penyedia ikan tersebut bangkrut. Hilanglah semua sumber makanan komunitas pelikan tersebut. Mereka menjadi tidak dapat lagi mencari makan. Jumlah anggota komunitas menjadi menyusut. Karena kemampuan mereka yang luar biasa dalam mendapatkan ikan sudah memudar akibat makanan yang tersedia dengan mudah. Easy money!?
Sekelompok penyayang binatang melakukan survey cepat. Apakah karena jumlah ikan yang berkurang? Ternyata, tidak! Apakah ikan-ikan tersebut sekarang berada di kedalaman yang lebih dalam sehingga pelikan tidak mampu mencapainya? Ternyata, juga tidak! Kemampuan pelikan lah yang berkurang. Masihkah nikmat apa yang dinamakan easy money???
Beberapa pelikan dari wilayah lain kemudian ditangkap untuk dipindahkan ke wilayah yang ditinggalkan perusahaan penangkap ikan yang bangkrut tadi. Mereka adalah pelikan biasa. Bukan pelikan manja! Mereka masih memiliki kemampuan menangkap ikan yang luar biasa. Komunitas pelikan yang baru dipindahkan menunjukkan cara menangkap ikan kepada pelikan manja.
Untungnya mereka pelikan, bukan manusia. Maka yang ada di benak mereka hanyalah ikan, ikan, ikan. Maka ketika melihat komunitas lain berhasil menangkap ikan, maka mereka langsung meniru tanpa pikir panjang.
Kenapa untung bahwa mereka bukan manusia? Lho, bukankah manusia yang sudah terlanjur malas karena manja tetap saja akan malas dan manja walaupun tetangganya mendapatkan yang terbaik karena kerja keras?
Oh, ya. Saya yakin itu bukan Anda. Itu tentang orang-orang di sekitar sini. Sebagian dari mereka tidak mau meniru tetangganya yang mendapatkan hasil terbaik. Mereka bahkan sebagian dari mereka menyebar fitnah bermacam-macam tentang hasil yang didapat oleh tetangganya. Padahal ada kerja keras yang dilakukan si tetangga, yang bahkan dengan mudah mereka tiru untuk mendapatkan hal yang sama.
Jadi kita balik saja ke pelikan, sebelum kita memfitnah.
Mereka meniru dan mereka berhasil. Sehingga terselamatkanlah hidup mereka. Pelikan, tentu saja. Bukan orang-orang di sekitar sini, tentunya. Oh, ya terimakasih kepada Bu Christina yang menceritakan cerita ini kepada kami.
Saya hanya ingin menunjukkan betapa peliknya hidup para pelikan. Mereka mendapatkan makanan dengan mudah, tanpa kerja keras. Tetapi itu berarti mereka jadi tergantung pada perusahaan penangkapan ikan. Sehingga, ketika perusahaan tersebut bangkrut, kehidupan mereka pun terancam. Tidak ada makanan gratis dan tidak ada cara yang bisa ditiru. Untung saja ada komunitas pelikan lain yang dipindahkan untuk mereka tiru. Untung saja mereka pelikan, sehingga tidak berfikir, dan langsung meniru.
Untung saja mereka tidak mengharap belas kasihan pihak lain untuk menyediakan makanan gratis dan tetap berharap dapat melanjutkan hidup dengan easy money. Untung saja mereka bukan manusia!!!
Tapi, bukankah manusia makhluk yang paling tinggi derajatnya karena mereka diberiNYA fikiran? Tepat sekali!! Tetapi ketika kita tidak menggunakan fikiran yang DIA rahmatkan, maka sebenarnya kita sedang melawanNYA. Kalau kita menggunakan fikiran untuk memikirkan hal-hal yang buruk tentang orang yang bekerja keras, bukan berfikir untuk belajar kerja keras dari mereka, maka kita juga sedang melawanNYA.
Selalu saya jaga tindakan saya agar tidak melawanNYA, karena saya takut padaNYA. Saya yakin demikian juga dengan Anda. Maka ketika orang bekerja keras dan mendapatkan yang terbaik, cobalah belajar langsung pada mereka. Tiru kerja keras mereka. Dapatkan hal terbaik yang Anda inginkan, seperti mereka mendapatkan hal terbaik yang mereka inginkan.
Tetapi, mereka seringkali tidak mau mengajarkan pada saya bagaimana mereka bekerja keras untuk mendapatkan yang terbaik?
Oh ya, pelik juga hidup pelikan.... Eh, maksud saya, pelik juga hidup manusia. Begitu takut mereka ditiru dan kehilangan rezeki. Padahal rezeki disediakan sangat banyak olehNYA. Sehingga manusia tidak bersedia menceritakan langkah demi langkah dari yang mereka lakukan untuk ditiru oleh orang lain. Mereka hanya pengejar rezeki, bukan pengejar berkah. Berarti mereka tidak bersedia menjadi saluran berkahNYA?
Kasihan sekali mereka ya. Baiklah, Anda bisa langsung diskusikan pada saya. Mudah-mudahan kita mendapatkan cara yang baik. Tetapi saya hanya ingin mengingatkan hiduplah seperti pelikan. Jangan biarkan hidup Anda menjadi pelik. Easy money tidak akan bertahan lama. Tetapi buah dari kerja keras, selain sangat nikmat, juga akan langgeng sepanjang umur. Tetaplah bersedia memberikan pelajaran langkah demi langkah kerja keras Anda yang sudah menghasilkan hal terbaik dari yang Anda inginkan. Karena manusia adalah makhluk yang paling tinggi derajatnya, mengapa kita tidak melakukan lebih baik dari para pelikan. Atau Anda memang suka hidup pelik?
Medan – April 2009
No comments:
Post a Comment