Setelah anda mem "buka kacamata kuda" yang dipakai, maka mari kita memandang wilayah yang lebih luas. Hidup tidak lain dari sekedar PERSPective, sudut pandang. Karena itu kita memang perlu mencari secara ACTIVE sudut pandang yang sesuai dengan tujuan hidup kita. Maka, mari mencari sudut pandang kita masing-masing. Silakan menyampaikan pesan melalui komentar, ke email ardian.syam@gmail.com atau twitter @ardiansyam
Monday, September 24, 2012
Salah Gue? Salah Temen-Temen Gue? #4
Yak, sekalian mau pamerin cover buku temen saya ini: Maman Suherman, host Mata Hati di Kompas TV. Tapi tulisan ini bukan tentang buku tersebut, tapi tentang apa yang terpikir oleh saya karena cerita beliau dan isi buku tersebut.
Pencitraan. Nah, berarti memang udah baca buku itu. Memang, pencitraan yang akan saya obrolin dengan Anda sekali ini. Kalau memang sudah berperilaku baik dan diketahui berperilaku baik oleh banyak orang, ya itu namanya berperilaku baik. Nah, bingung kan?
Terus yang pencitraan yang mana dong? Yah, yang ingin terlihat berperilaku baik, berusaha untuk tampil dengan perilaku baik, padahal aslinya (tanpa setahu masyarakat banyak) dia malah berperilaku buruk. Sepertinya rajin berbagi materi kepada yang kurang mampu, tapi ternyata dari hasil mencuri (maaf, saya tidak suka menggunakan istilah korupsi).
Nah, itu berarti karakter yang tampil adalah karakter buatan, rekayasa, artifisial, bukan yang sebenarnya. Terserah mau gunakan istilah apa. Tapi itu adalah fiktif! Fiktif kok jadi dekat dengan fiksi ya? Novel dong?
Mari kita lihat dari perspektif lain. Setiap orang baik adalah orang yang patut diteladani. Patut ditiru. Kita ingin berperilaku seperti mereka. Ingin bisa punya banyak sahabat seperti mereka. Ingin disukai seperti mereka.
Tapi, karena itu ternyata pencitraan, sama seperti memerankan tokoh untuk drama, sinetron maupun film. Pada saatnya, pemeran akan kelelahan menjalankan perannya, dan kembali ke karakter aslinya.
Bagaimana perasaan Anda? Orang yang diteladani selama ini karena terlihat suka berbagi materi, ternyata bersumber dari tindakan pencurian. Orang yang selama ini ramah kepada orang lain, ternyata sangat sinis dan suka mencaci.
Sakit hati sudah meniru mereka ya? Itu karena kita menganggap perilaku baiknya itu adalah hal yang asli. Beda dengan sikap Anda setelah menonton film. Anda tidak akan kecewa sedikitpun bila perilaku pemerannya beda dengan perilaku tokoh yang diperankan, bukan?
Itu pula tadi yang saya katakan tentang fiksi. Anda tidak terganggu, tidak kecewa bila mengetahui bahwa perilaku penulisnya beda dengan perilaku tokoh karangannya di novelnya.
Karena itu, bagi para tokoh publik, daripada sibuk dengan pencitraan untuk terlihat baik, mengapa tidak menjadi pemeran film/sinetron/drama saja? Atau kalau Anda tidak kuat dengan padatnya jadwal stripping, ayolah mulai menulis novel sajalah. Jadi bila perilaku tokoh yang Anda perankan di film/sinetron/drama atau tokoh yang Anda tulis di novel tidak sesuai dengan perilaku asli Anda, tidak akan ada yang kecewa.
Sepertinya sangat mungkin bahwa masyarakat tetap akan menghormati Anda, dan posisi Anda sebagai tokoh publik tetap aman. Berani mencoba?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment