Tuesday, June 10, 2014

Transaksi Online, Bayar Pakai Kartu?

Online store? Pasti sudah bukan berita baru bagi semua pembaca. Biasa saja sudah bagi sebagian orang, bahkan hingga ke pelosok untuk belanja dari online store. Betapa tidak, menunggu toko-toko di sekitar kita menyediakan barang-barang tertentu yang memang tidak sering dibeli orang, dan toko memperhitungkan keuntungan menyediakan barang yang jarang dibeli. Itu membuat online store lebih diserbu, selain karena seringkali harga lebih murah, bahkan ditambah ongkos kirim masih lebih murah di banding harga di toko sekitar, di kota manapun kita tinggal di Indonesia.
Nah, masalahnya sekarang adalah alat bayar. Ada banyak sekali pilihan alat bayar yang disediakan oleh online store. Bisa dengan mentransfer dulu ke rekening mereka. Ada juga yang memberi pilihan bayar ketika barang diterima. Bisa pula bayar melalui ATM, karena ada menu pembayaran di mesin ATM di bank tertentu. Juga ada pilihan bayar dengan kartu kredit.
Beberapa memilih untuk membayar ketika barang diterima justru demi keamanan uang si pembeli. Dari kekhawatiran karena online storenya masih baru, mungkin bayar ketika diterima memang lebih aman. Tetapi agak sulit diterapkan bila kita tidak sekota dengan penjual. Karena penjual tidak bersedia menanggung biaya pengiriman dan resiko barang hilang, bila tidak ada jaminan barang akan dibayar.

Untuk pembayaran dengan transfer rekening dan menggunakan menu bayar di ATM memang cukup aman. Resiko sebenarnya hanya sebatas uang yang keluar (harga barang + ongkos kirim). Tetapi adakalanya kita menginginkan suatu barang, harganya kebetulan lagi turun karena promo, sementara uang yang kita miliki baru ada bulan depan.

Pilihan tinggal kartu kredit. Batas maksimum penggunaan masih banyak, tanggal tagihan masih sebulan lagi, pas ada transfer masuk ke rekening. Begitu muncul tagihan, langsung bayar, jadi tidak dikenakan bunga. Beres deh. Masukkan nomer kartu kredit dan nomer (biasanya 3 angka) di belakang kartu (cvv, cvn).

Hmm. Jadi teringat soal "phising", "carding", "hacking" ya? Betul! Mungkin ada banyak tulisan tentang itu di internet. Silakan saja baca beberapa. Hal terpenting dalam transaksi menggunakan kartu kredit, maka angka di belakang kartu itu bisa membuka data kita.

Apakah online store akan menerima cvv / cvn kita? Ya, data itu akan langsung diteruskan dan digunakannya untuk menagih ke penerbit kartu (Visa / Mastercard). Apakah dia bisa membuka data kita? Bisa kalau dia bisa menembus server data yang disimpan oleh penerbit kartu dan bank yang mengeluarkannya.

Nah, ada standar yang menetapkan merchant termasuk online store tidak boleh menggunakan cvv/cvn yang pernah kita gunakan, untuk transaksi fiktif. Bahkan ada denda hingga 500 ribu dollar AS per transaksi bila ketahuan. Bahkan bila oknum yang berbuat tidak lagi bekerja di merchant tersebut, tetap saja denda dapat dikenakan.

Tapi, sayangnya banyak orang yang menggunakan kartu kredit untuk membayar transaksi online, tidak memahami ini. Standar itu bernama PCI DSS (payment card industry data security standard) dan setiap merchant yang menggunakan kartu kredit sebagai alat bayar bagi transaksi di mereka, harus bersertifikat PCI DSS.

Jadi, bertransaksilah dengan aman, dan lihat dulu apakah online store tempat kita belanja menyatakan PCI DSS certified. Kita akan diskusi lagi nanti tentang PCI DSS ya. Kalau ada yang sudah ingin ditanyakan, bisa tweetsaya atau ardian.syam@gmail.com Silakan

No comments: